.facebook.com/vegetarianyogyakarta
![]() |
Lusidus Vegetarian |
![]() |
Lusidus Vegetarian |
YOGYAKARTA, KOMPAS.com-Masyarakat semestinya mulai mengurangi konsumsi daging karena makanan ini bisa merusak lingkungan dan kesehatan. Menu nabati lah yang seharusnya makin banyak disantap. Hal itu dikatakan Murdijati Gardjito, profesor di Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
"Tren sekarang, terutama di luar negeri, dan mulai tumbuh di Indonesia, adalah menuju vegetarian. Itu adalah tren yang sangat bagus," ujar pakar pangan tradisional yang mengaku tidak vegetarian tapi sudah banyak mengurangi konsumsi daging itu.
Menurut dia, daging yang terhidang di piring adalah sesuatu yang prosesnya boros energi, merusak lingkungan, tidak efektif, dan menjadi pemicu beragam penyakit. "Untuk setiap 1 kg daging sapi, butuh 6,5 kg jagung dan dedaunan.Sedangkan untuk menghasilkan 1 kg daging kambing, butuh 4,5 kg. Ini boros. Termasuk boros air, karena hewan kan butuh banyak air. Sementara di satus sisi, pada belahan bumi ini yang lain, ada banyak kasus kelaparan. Yang kita berikan sebagai pakan ternak, jika kita berikan ke mereka yang kelaparan, saya yakin tak ada ancaman kelaparan," ujar Murdijati.
Proses penggemukan hewan ternak, lanjut dia, juga dilakukan dengan obat-obatan kimia. Hal ini jelas tidak sehat. "Industri daging juga berkontribusi pada terjadinya pemanasan global. Artinya adalah pola makan kita harus cepat diubah. Kurangi banyak konsumsi daging, dan perbanyak menu nabati," katanya.
Secara terpisah, Prasasto Satwiko, profesor pada Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta, vegetarian, yang juga Koordinator Pusat Studi Energi UAJY mengatakan, memang sulit mengubah benak masyarakat yang telanjur "daging minded", dan menempatkan daging sebagai makanan bergengsi. Sisi defensif orang pun akan langsung "menyala" jika disodori fakta tentang dampak daging.
"Intinya, daging itu tak perlu dikonsumsi (karena tubuh tak membutuhkan). Manusia bisa hidup sehat hanya dengan makan sayur dan buah (tumbuhan)," ujar Prasasto.
Ia sendiri pernah melontarkan kritik pada ahli pangan dan gizi. Mereka, menurut Prasasto, mestinya juga memaparkan dampak bahaya daging sebagai sebuah fakta. "Saat menjumpai makanan dari olahan daging, manusia lupa. Lupa darimana asal daging, lupa bahwa hewan ternak itu digemukkan dengan zat kimia, lupa bahwa daging itu sumber penyakit, lupa bahwa sudah banyak orang sakit akibat kebanyakan daging plus jerohan. Tapi coba lihat sekarang, industri menggiring orang sejak anak-anak untuk banyak menyantap daging," ujar Prasasto.
YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Prasasto Satwiko, profesor yang juga guru besar Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), memang "kencang" menyuarakan manfaat bervegetarian.
Setumpuk "nada sinis" plus menggoblok-goblokkan, sekaligus "nada setuju" sudah biasa didapat. Mengapa dia sangat bersemangat memberi pemahaman tentang pentingnya orang bervegetarian? Jawabannya simpel tapi cukup untuk mengajak para ilmuwan lain, berpikir.
"Tugas saya sebagai ilmuwan adalah menyuarakan kebenaran berdasar data ilmiah yang ada, dan seperangkat logika yang transparan, serta mengusulkan pemecahan masalah. Walau itu sering tak sesuai harapan masyarakat. Dalam benak masyarakat, makan daging itu kan enak, kok disuruh mengurangi konsumsi daging?" kata Prasasto, Koordinator Pusat Studi Energi UAJY yang juga dosen teladan se-Kopertis (Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta) V Provinsi DIY tahun 2001.
Menurut dosen yang sekarang sedang tugas meneliti di University of Adelaide (Australia) ini, industri daging jelas merusak lingkungan plus boros energi. Dampak daging juga jelas merusak kesehatan. PBB pun telah melaporkan bahwa peternakan ikut andil merusak bumi dan mendorong pemanasan global.
Negara lain "berlari ke depan" menyuarakan vegetarian, tapi Indonesia "berlari ke belakang" karena malah menggencarkan peternakan. Daging, termasuk ikan, "didewakan" dan menjadi santapan ekslusif, berharga mahal, yang dipercaya membuat kuat. Tapi kenyataan, penderita kolesterol, darah tinggi, stroke, jantung, pasti sudah atau setengah "divonis" akibat kebanyakan makanan berlemak (baca:daging dan jerohan) dan kurang makanan berserat (baca: sayur dan buah). Tidak percaya, silakan dicek.
"Kalau saya ditanya mengapa saya kencang menyuarakan vegetarian, jawabannya adalah karena saya ilmuwan. Ilmuwan mesti menyuarakan fakta, jangan menutupi fakta. Jika ilmuwan menutupi kebenaran fakta, jika ilmuwan tidak setia dengan kejernihan berpikir, terus siapa lagi yang akan memperingatkan masyarakat tentang bahaya daging? Para ilmuwan dan ahli gizi, saya tunggu suara Anda untuk berani memaparkan bahaya daging sebelum semuanya terlambat dan bumi makin rusak," ujarnya.
Mengutip kata-kata Ilmuwan brilian kelas dunia, Albert Einstein, barangkali bisa menjadi permenungan. "Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi kesehatan dan kelangsungan kehidupan di bumi, kecuali evolusi manusia menjadi vegetarian" begitu kata Einstein.
Murdijati Gardjito, profesor di Fakultas Teknologi Pertanian UGM, beberapa waktu lalu juga mengimbau masyarakat mesti mulai banyak mengurangi konsumsi daging, demi kelestarian lingkungan, demi kesehatan, dan demi agar dunia terhindar dari ancaman bahaya kelaparan.
Hmm, nah, para ilmuwan Indonesia, suara anda dinantikan....
KOMPAS.com- Apa yang terlintas di benak kala disodori pertanyaan soal menu vegetarian? Bisa jadi masyarakat awam masih menanggap menu vegetarian adalah menu terbatas karena tak mengandung daging. Tapi coba langkahkan kaki ke Depot Vegetarian Lusidus di Ruko Babarsari, Sleman, Yogyakarta.
Warung ini menyajikan menu nabati. Ada aneka cah kangkung, cah jamur, cah brokoli, mi goreng, nasi goreng, dan aneka olahan tahu. Selain itu, ada tempe kremes, sup jagung dan asparagus.
Jika Anda menginginkan menu daging-dagingan, Lusidus menyiapkan banyak pilihan. Ada sate, ham goreng, salmon, sarden, beef chunk, casio, daging kambing, sosis, hingga ikan asam manis. Ayam kremes dan chicken nugget, juga tersedia. Bagaimana rasanya?
Tentu saja tidak bisa disamakan dengan rasa daging sesesungguhnya. Meski begitu, rasa daging-dagingan bisa saja justru lebih enak bagi lidah yang sudah menggangap daging itu amis. Namun yang pasti, daging-dagingan itu tak berperan menimbun kolestrol.
Sate yang terbuat dari gluten (olahan tepung terigu) cukup kenyal saat dikunyah. Bumbu kacangnya pun lembut tapi mantap. Sarden bumbu saus tomat yang rasanya manis, juga sedikit banyak memberi sensasi seperti menyantap daging ikan sarden. Untuk sarden, bakso, dan ham, bahan bakunya dari olahan kedelai yang mayoritas diimpor dari Malaysia dalam bentuk kemasan beku. Sebelum dimasak, bahan-bahan itu mesti dipanaskan dulu.
"Sebenarnya, ada olahan kedelai bentuk beku yang beberapa tahun terakhir ini sudah bisa dibuat Indonesia. Namun sebagian rasa dan teksturnya masih belum cukup enak dibandingkan produk impor," ujar Tuty, pemilik Lusidus, Jumat (30/10).
Menu daging-dagingan memang andalan Lusidus, namun menu nabatinya pun tak kalah enak. Mi goreng dan nasi goreng-yang bisa dikreasikan dengan jamur-misalnya, disebut Tuty, banyak diminati. Sup aneka jamur juga banyak diserbu saat jam makan. Menu-menu di Lusidus dipatok dengan harga Rp 3.000-Rp 20.000.
Tuty mengawali bisnisnya bukan dari rumah makan, tapi jualan aneka suvenir, tahun 1997 lalu. Karena usahanya macet, Tuty beralih ke warung makan yang awalnya hanya menerima katering. Lokasi Lusidus pertama kali di Jalan Gejayan, lalu pindah ke Demangan Baru, Jalan Mozez, dan di Ruko Babarsari yag ditempati lima tahun terakhir.
"Semua olahan masakan Lusidus dari hasil coba-coba. Otodidak. Ternyata banyak yang suka," katanya. Lusidus adalah restoran yang bukan vegan murni, artinya, masih memasukkan telur. Namun jika minta tak pakai telur, itu bisa diatur.
"Daging-dagingan adalah perwujudan kreasi menu bagi orang vegetarian. Dengan menu yang bersumber dari nabati, tentu sehat. Salah jika menu vegetarian dianggap tidak komplet, dan tidak enak," ucapnya. Hm, siapa ingin membuktikan? (Lukas Adi Prasetya)
"Saya pikir setiap wanita merasa di bawah tekanan dan menyikapinya dengan cara tertentu, dan wanita melakukannya pada wanita lain. Aku ingin terlihat baik, tetapi menjadi sehat adalah hal utama saya. Saya ingin mempromosikan hidup sehat dalam bentuk tubuh Anda sendiri," ungkap Leona seperti dikutip INILAH.COM dari situs Femalefirst, Selasa (23/2).
Untuk mendapatkan tubuh sehat, pelantun hits Bleeding Love ini memilih menjalani pola makan vegetarian. Ia rutin mengkonsumsi sayur dan buah-buahan.
"Aku selalu membawanya setiap aku bepergian. Aku tak khawatir tentang pola makanku, asalkan saja tetap ramping dan sehat,"
Lebih dari itu yang spesial, Leona wajib minum teh dan makan kacang panggang. "Ya, saya bepergian dengan teh dan kacang panggang."
Ia menambahkan, "Ibuku selau berkata, 'kau hebat, kau hebat'. Mendengar itu, aku jadi merasa baik-baik saja." [mor]
Leona Lewis menjaga kesehatannya. Alasan itu yang membuatnya menjadi vegetarian. Kemana pun pergi ia membawa sayur dan buah-buhanan. Terutama teh dan kacang panggang.“Kami mendapatkan efek yang cukup mengesankan,” kata Dr. Michael Miller, direktur pencegahan penyakit jantung (kardiologi) di University of Maryland Medical Center, Baltimore, AS.
“Diameter pembuluh darah membaik,” lanjutnya. “Pembuluh darah terbuka dengan cukup mantap. Anda dapat menemukan pembuluh darah terbuka ketika melakukan aktivitas seperti berolahraga.”
Disaat pembuluh darah terbuka lebih lebar, aliran darah mengalir dengan lembut dan akan mengurangi penggumpalan darah yang dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Pembuluh darah yang elastis juga dapat menghindari aktivitas pengerasan atherosclerosis.
“Kami tidak mengatakan jangan berolah raga, namun tambahkan penemuan ini pada seluruh program kesehatan jantung,” kata Miller yang mempresentasikan penemuannya di pertemuan Asosiasi Jantung Amerika di New Orleans.
Tim Miller telah melakukan uji coba pada 10 pria dan wanita yang sehat dan tidak merokok, untuk mendengarkan musik favorit mereka.
Selama setengah jam mereka mendengarkan musik favoritnya dan setengah jam kemudian untuk mendengarkan musik yang mereka katakan dapat membuat merasa gelisah. Sementara itu para peneliti melakukan disain uji coba ultrasound untuk membuktikan fungsi pembuluh darah.
Dibandingkan dengan ukuran garis batas normal, diameter pembuluh darah bertambah lebar 25 persen diatas rata-rata ketika para sukarelawan mendengarkan musik yang gembira. Mendengarkan musik yang tidak disukai (paling banyak lagu yang tidak disukai dalam kelompok ini adalah jenis heavy metal) dapat menyusutkan pembuluh darah hingga 6 persen, kata Miller.
Miller mengaku mendapatkan ide penelitian ini setelah menemukan bahwa tertawa dapat menyebabkan aliran darah mengalir lebih lembut.
“Saya bertanya pada diri sendiri, hal lain apa yang dapat membuat diri kita nyaman, selain makan coklat yang berpotensi menggemukan. Lalu, musik muncul dalam pikiran saya…Benar-benar membuat diri saya nyaman,” kata Miller.